Jumat, 05 November 2010

LIANNAWATI, RATU LAYANG-LAYANG DARI BANDUNG


foto : detik.com

     Wanita ini umurnya sudah 51 tahun.  Tapi jangan tanya soal kegesitannya dalam bermain layangan. Dia akan berubah menjadi gadis 25 tahunan saat berada di lapangan luas bercengkrama dengan benda berbahan kertas yang  melayang-layang di udara itu.  
     Ibu dari tiga anak ini memang dikenal sebagai ratunya layang-layang dari Bandung. Levelnya bukan lagi tingkat lokal dan nasional, tapi internasional.  Hampir tiap bulan dia pergi meninggalkan tanah kelahirannya menuju negara-negara yang mengundang Liannawati untuk  tampil dalam festival layang-layang internasional. Dari mulai Malaysia, Vietnam, Singapura, Jepang, Korea, China dan negara Eropa seperti Australia, Perancis dan Amerika. Berbagai penghargaan pun sudah diraihnya antara lain the best art dan the best flying.
     Kecintaan pada layang-layang yang sudah dia rasakan sejak usianya 4 tahun itu bukan sebatas untuk dirinya sendiri. Cita-cita luhurnya adalah mengembangkan  layang-layang sebagai bagian dari kebudayaan Indonesia.
     Salah satu yang dilakukan untuk menggapai ambisinya tersebut adalah pembentukan organisasi bernama Art Kite Indonesia, yang anggota-anggotanya terdiri dari komunitas penggemar, penerbang dan juga pembuat layangan.
     Selain itu dia juga rajin bekerjasama untuk menyelenggarakan festival layang-layang dengan berbagai pihak. Yang terakhir saat hari layang-layang internasional pada tanggal 10 Oktober 2010 lalu. Bertempat di Kampung Gajah, Bandung, Jawa Barat,  dia memelopori penyelenggaraan festival layang-layang sehari penuh dari mulai pagi sampai malam hari.
      Selain penerbangan layang-layang yang dilakukan professional, dia juga menyediakan sekitar 500 unit layangan gratis untuk diterbangkan para pengunjung yang hadir pada acara tersebut.
      “Saya ingin layang-layang menjadi bagian hidup orang Indonesia,” kata Liannawati.  (Rochmat  Darodjat)
  

Selasa, 02 November 2010

RIDWAN KAMIL, ARSITEK YANG MANUSIAWI DARI BANDUNG

 

foto by : architecturaldigest.com

      Orangnya enak diajak ngobrol tapi tak suka basa-basi. Apalagi yang kedua itu dilakukannya hanya sekadar untuk mendekatkan diri dengan pejabat atau orang-orang penting lainnya demi urusan pribadi. Sebab, salah satu kamus hidupnya berkata, "berkaryalah dengan ide kreatif untuk kepentingan orang banyak".*
      
Bisa jadi itulah lelaki 39 tahun tersebut  dikenal sebagai arsitek yang manusiawi. Sebaran karya-karyanya di dalam dan luar negeri tak pernah lepas dari konsep memanjakan manusia, bukan dimanjakan uang. Konsep green cities pada proyek-proyek besarnya yang tersebar di negara-negara Singapura, Vietnam, Beijing dan tentu saja Indonesia menjadi bukti kepeduliannya kepada hidup orang banyak.
    Sebut saja salah satu proyek di dalam negeri yakni Universitas Tarumanegara, Jakarta, yang pernah dikerjakan dosen ITB itu pada 2005.  Dia sengaja mendesain bangunan kampus itu menjulang tinggi untuk membuat ruang lebih luas bagi manusia-manusia di bawahnya. Lahan-lahan yang ada di bawah dan sekitar gedung itu dijadikannya ruang terbuka hijau yang hanya untuk dilihat maupun dipakai beraktifitas seperti main bola, tiduran, diskusi, dan beragam aktivitas.
      Manusiawinya seorang Ridwan Kamil juga bisa dilihat dari kesediaannya menjadi ketua perkumpulan orang-orang kreatif
dari Kota Kembang, yakni Bandung Creative City Forum (BCCF). Di tengah kesibukan di perusahaannya PT Urbane yang bergerak di bidang usaha jasa konsultan perencanaan, desain, dan arsitektur, Ridwan Kamil masih menerima mandat dari rekan-rekannya untuk memimpin sebuah organisasi yang berdiri untuk menumbuhkembangkan ide-ide kreatif anggota-anggotanya bagi kemashalatan orang Bandung khususnya dan umumnya masyarakat luas dari mana saja.(Rochmat Darodjat)
* berdasarkan interprestasi penulis dari bahan obrolan dengannya

Rabu, 27 Oktober 2010

RUMAH SOSIS, BUKAN CUMA TEMPAT PENGGEMAR SOSIS

     Namanya memang mirip lagu pelawak  Sule itu yang berjudul  Susis. Tapi sungguh tidak ada hubungan sama sekali di antara keduanya. Susis adalah singkatan dari Suami Sieun (takut) Istri, sementara Sosis makanan olahan berbahan daging.  
foto: Indosiar.com
           Julukan makanan olahan itulah yang diambil sebagai brand tempat wisata di utara Kota Kembang itu. Nama lengkapnya Rumah Sosis. Pihak pengelola sengaja mengambil nama itu untuk menyesuaikan dengan produk kuliner unggulannya berupa sosis .
           Bagi anda yang berkunjung kesana bisa menemukan sosis ayam dan sapi dengan berbagai kreasi jenis, ukuran dan rasanya.  Dari mulai sosis bakar berasa keju dan original, chicken Chipolata,beef bockwurst, mini bockwurst, beef garlic, cheesy super, mini cheesy, black pepper , big bockwurst dan juga andalannya just sausage berasa original, chesse dan blackpepper.
           Namun demikian, bukan berarti Rumah Sosis hanya menyediakan sosis sebagai jualannya.  Anda pun bisa menemukan sekaligus memesan ayam goreng,  sayuran dan berbagai jenis makanan selain sosis. Asyiknya lagi makanan yang sudah dipesan bisa bebas dinikmati secara lesehan di gazebo-gazebo yang ada di sana,  duduk-duduk di kursi dining room atau pun di rumah joglo.
           Rumah Sosis pun tidak melulu menyediakan makanan. Seperti juga kawasan wisata lainnya,  anda bisa mengajak anggota keluarga berenang di kolam, bermain ATV, Flying fox, rumah pohon dan wall climbing sampai wisata berkuda. 
           Barulah setelah mencoba semuanya,  luangkan waktu anda untuk berelaksasi sejenak.  Untuk sesi ini, anda bisa dipijat oleh manusia atau pun pijat refleksi kaki sama ikan. Kalau pun tak suka dipijat, anda bisa relaksasi sambil memancing ikan. Tinggal pilih, kok, bebaslah…
           Nah, untuk menuju Rumah Sosis sendiri gampang sekali, kok. Cuma sekitar 20-25 menit (catatan : tidak terjebak macet) dari pintu tol keluar Pasteur. Arahkan saja kendaraan anda ke arah Jalan Setiabudhi atau Lembang. Usai melewati Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) dan Terminal Ledeng, sekitar 200 meter lagi sampai deh di Jalan Setiabudhi 295 B. Terlihat jelas di sisi kiri jalannya ada tulisan RUMAH SOSIS.
           Tiket masuknya hanya Rp2000 per orang. Selanjutnya, terserah anda…..Mau?  (Rochmat Darodjat)

JENDELA ALAM, GERBANG WISATA DAN PENDIDIKAN LUAR RUANGAN

Bilamana membutuhkan ruang publik untuk wisata keluarga sekaligus mengembangkan kreatifitas dan imaginasi anak anda, datang dan kunjungilah   Jendela Alam. Berlokasi di komplek Graha Puspa, Jalan Sersan Badjuri km.45,  Cihideung Lembang, tempat itu menawarkan : panorama, fasilitas bermain, dan berbagai sajian ilmu lapangan kehidupan.
Jendela Alam kebetulan berada di kawasan Bandung Utara. Daerah itu dikenal memiliki pemandangan indah dan udara lebih sejuk dibanding  kawasan Kota Kembang lainnya.  Belum cukup hanya itu, dalam perjalanan menuju ke sana pun anda  akan disuguhi deretan pemandangan puluhan jenis dan warna tanaman yang diperjualbelikan para pedagang. Pokoknya, dijamin tak membosankan selama perjalanan menuju kesana .  
        Sementara di lokasi wisata itu sendiri anda bisa menemukan berbagai fasilitas  permainan  keterampilan  flying fox, jembatan gantung, halang rintang  dan area berkemah. Fasilitas bersepeda, play ground, trampolin, dan bak pasir ada.  Tak ketinggalan wisata air kolam renang,  water ball dan water boom.
        Selain berbagai media permainan keterampilan yang disebutkan di atas, Jendela Alam  pun menyulap sebagian lahannya untuk dijadikan kebun aneka tanaman dan buah-buahan.  Di sana anda bisa menemukan kebun tomat cery, strawberry, selada bokor merah , bayam,  labu raksasa sampai aneka jenis tanaman obat (herbal). Tidak cuma  boleh dilihat, sebagian dari apa yang ada di sana bisa dipetik langsung dan dibawa pulang oleh anda.
        Untuk anda yang suka binatang tak perlu merasa ditinggalkan. Sebab pihak pengelola pun menyediakan tempat bagi tumbuh kembangnya berbagai jenis binatang kandangan. Sebut saja kelinci,  ayam, burung, kelinci, bebek, kambing, rusa, sapi dan kuda poni. Kabar terakhir menyebutkan keluarga kuda poni di sana bertambah banyak dengan lahirnya kuda poni junior pada 3 Oktober 2010 lalu.
       Selain itu ada juga aneka reptil seperti ular, kadal, iguana yang ditempatkan khusus di ruangan depan tempat pintu masuk.
        Nah, untuk menuju ke Jendela Alam sendiri tidaklah begitu sulit. Lokasinya berada di kawasan komplek perumahan elit Graha Puspa. Bilamana anda pernah ke Kampung Gajah (lihat artikel Kampung Gajah, Tempat Wisata Tanpa Gajah [ ARSIP BLOG]), anda tinggal meneruskan perjalanan sekitar 1-1,5 km dari sana. Tiket masuk cuma Rp6000 per orang, kok. Untuk mendapatkan tempat wisata berkonsep rekreasi sekaligus pendidikan rasanya tidak mahal, kan? Yuk atuh, mareeee……(Rochmat Darodjat)