Rabu, 27 Oktober 2010

RUMAH SOSIS, BUKAN CUMA TEMPAT PENGGEMAR SOSIS

     Namanya memang mirip lagu pelawak  Sule itu yang berjudul  Susis. Tapi sungguh tidak ada hubungan sama sekali di antara keduanya. Susis adalah singkatan dari Suami Sieun (takut) Istri, sementara Sosis makanan olahan berbahan daging.  
foto: Indosiar.com
           Julukan makanan olahan itulah yang diambil sebagai brand tempat wisata di utara Kota Kembang itu. Nama lengkapnya Rumah Sosis. Pihak pengelola sengaja mengambil nama itu untuk menyesuaikan dengan produk kuliner unggulannya berupa sosis .
           Bagi anda yang berkunjung kesana bisa menemukan sosis ayam dan sapi dengan berbagai kreasi jenis, ukuran dan rasanya.  Dari mulai sosis bakar berasa keju dan original, chicken Chipolata,beef bockwurst, mini bockwurst, beef garlic, cheesy super, mini cheesy, black pepper , big bockwurst dan juga andalannya just sausage berasa original, chesse dan blackpepper.
           Namun demikian, bukan berarti Rumah Sosis hanya menyediakan sosis sebagai jualannya.  Anda pun bisa menemukan sekaligus memesan ayam goreng,  sayuran dan berbagai jenis makanan selain sosis. Asyiknya lagi makanan yang sudah dipesan bisa bebas dinikmati secara lesehan di gazebo-gazebo yang ada di sana,  duduk-duduk di kursi dining room atau pun di rumah joglo.
           Rumah Sosis pun tidak melulu menyediakan makanan. Seperti juga kawasan wisata lainnya,  anda bisa mengajak anggota keluarga berenang di kolam, bermain ATV, Flying fox, rumah pohon dan wall climbing sampai wisata berkuda. 
           Barulah setelah mencoba semuanya,  luangkan waktu anda untuk berelaksasi sejenak.  Untuk sesi ini, anda bisa dipijat oleh manusia atau pun pijat refleksi kaki sama ikan. Kalau pun tak suka dipijat, anda bisa relaksasi sambil memancing ikan. Tinggal pilih, kok, bebaslah…
           Nah, untuk menuju Rumah Sosis sendiri gampang sekali, kok. Cuma sekitar 20-25 menit (catatan : tidak terjebak macet) dari pintu tol keluar Pasteur. Arahkan saja kendaraan anda ke arah Jalan Setiabudhi atau Lembang. Usai melewati Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) dan Terminal Ledeng, sekitar 200 meter lagi sampai deh di Jalan Setiabudhi 295 B. Terlihat jelas di sisi kiri jalannya ada tulisan RUMAH SOSIS.
           Tiket masuknya hanya Rp2000 per orang. Selanjutnya, terserah anda…..Mau?  (Rochmat Darodjat)

JENDELA ALAM, GERBANG WISATA DAN PENDIDIKAN LUAR RUANGAN

Bilamana membutuhkan ruang publik untuk wisata keluarga sekaligus mengembangkan kreatifitas dan imaginasi anak anda, datang dan kunjungilah   Jendela Alam. Berlokasi di komplek Graha Puspa, Jalan Sersan Badjuri km.45,  Cihideung Lembang, tempat itu menawarkan : panorama, fasilitas bermain, dan berbagai sajian ilmu lapangan kehidupan.
Jendela Alam kebetulan berada di kawasan Bandung Utara. Daerah itu dikenal memiliki pemandangan indah dan udara lebih sejuk dibanding  kawasan Kota Kembang lainnya.  Belum cukup hanya itu, dalam perjalanan menuju ke sana pun anda  akan disuguhi deretan pemandangan puluhan jenis dan warna tanaman yang diperjualbelikan para pedagang. Pokoknya, dijamin tak membosankan selama perjalanan menuju kesana .  
        Sementara di lokasi wisata itu sendiri anda bisa menemukan berbagai fasilitas  permainan  keterampilan  flying fox, jembatan gantung, halang rintang  dan area berkemah. Fasilitas bersepeda, play ground, trampolin, dan bak pasir ada.  Tak ketinggalan wisata air kolam renang,  water ball dan water boom.
        Selain berbagai media permainan keterampilan yang disebutkan di atas, Jendela Alam  pun menyulap sebagian lahannya untuk dijadikan kebun aneka tanaman dan buah-buahan.  Di sana anda bisa menemukan kebun tomat cery, strawberry, selada bokor merah , bayam,  labu raksasa sampai aneka jenis tanaman obat (herbal). Tidak cuma  boleh dilihat, sebagian dari apa yang ada di sana bisa dipetik langsung dan dibawa pulang oleh anda.
        Untuk anda yang suka binatang tak perlu merasa ditinggalkan. Sebab pihak pengelola pun menyediakan tempat bagi tumbuh kembangnya berbagai jenis binatang kandangan. Sebut saja kelinci,  ayam, burung, kelinci, bebek, kambing, rusa, sapi dan kuda poni. Kabar terakhir menyebutkan keluarga kuda poni di sana bertambah banyak dengan lahirnya kuda poni junior pada 3 Oktober 2010 lalu.
       Selain itu ada juga aneka reptil seperti ular, kadal, iguana yang ditempatkan khusus di ruangan depan tempat pintu masuk.
        Nah, untuk menuju ke Jendela Alam sendiri tidaklah begitu sulit. Lokasinya berada di kawasan komplek perumahan elit Graha Puspa. Bilamana anda pernah ke Kampung Gajah (lihat artikel Kampung Gajah, Tempat Wisata Tanpa Gajah [ ARSIP BLOG]), anda tinggal meneruskan perjalanan sekitar 1-1,5 km dari sana. Tiket masuk cuma Rp6000 per orang, kok. Untuk mendapatkan tempat wisata berkonsep rekreasi sekaligus pendidikan rasanya tidak mahal, kan? Yuk atuh, mareeee……(Rochmat Darodjat)

Selasa, 26 Oktober 2010

LAYANG-LAYANG DI LANGIT KAMPUNG GAJAH, MINGGU 101010

     Penerbangan layang-layang di langit Kampung Gajah, Kabupaten Bandung Barat itu dalam rangka memperingati hari layang-layang internasional pada Minggu, 10 Oktober 2010. Sekitar 50 penerbang layang-layang dari berbagai daerah di Jawa Barat juga Jakarta ikut bagian dalam kegiatan bertema ONE WORLD ONE SKY itu.  

    
     Mereka menerbangkan layang-layang dalam berbagai bentuk, ukuran, dan jenisnya. Sebut saja jenis dua dimensi, tiga dimensi dan layangan tanpa rangka. Untuk para pengunjung, mereka pun diperbolehkan menerbangkan layangan yang didapat secara cuma-cuma dari pihak penyelenggara. Ada 500 layangan gratis yang disediakan.Aiiiih....Asyik deh (Foto dan Teks Rochmat Darodjat)

KAMPUNG GAJAH, OBJEK WISATA TANPA GAJAH

     Namanya sih kampung gajah. Tapi  jangan  berharap  bertemu  muka  dengan binatang besar berkaki empat itu di sana. Kalau hanya replika patungnya sih oke-oke saja.
     Deretan patung-patung gajah itulah yang akan dijumpai anda pertamakali bilamana mendekati kawasan di Bandung Utara tersebut. Dengan mengusung konsep wisata, kuliner dan belanja, Kampung Gajah kini telah menjadi salah satu lokasi yang banyak sekali dipadati pengunjung pada hari-hari bertanggal merah dan week end.
     Selain bisa memandang panorama Bandung yang indah di ketinggian 900 meter dari permukaan laut, anda juga bisa menikmati berbagai sarana dan fasilitas permainan keluarga yang tersedia di sana. 
     Sebut saja Segway Eco Ride, ATV cross, Mini moto, children playground dan buggy. Selain itu ada juga sky riders, luge, jogging track, arung jeram sampai kuda tunggang, sepeda tandem, mini becak dan delman limousine. 
     Untuk menuju ke tempat itu tak begitu sulit. Bilamana anda telah masuk ke kawasan Bandung, anda tinggal melaju menuju arah Bandung Utara. Tanya saja terminal Ledeng, gitu. Tepat di depan terminal itu, anda belok kiri untuk masuk ke Jalan Sersan Bajuri. Kira-kira 3,8 km dari sana, sampailah di lokasi yang ditandai dengan ya itu tadi, deretan patung-patung gajah yang lumayan besar di depan kawasan tersebut. 
     Untuk masuk ke lokasi itu, anda tak akan dipungut bayaran. Hanya biaya parkir saja, kok. Kalau mau menikmati permainannya, ya so pasti harus bayar. Berapa-berapa nya yaaa…sekitar Rp25ribu –Rp150ribu. Gimana? Ayoooooo...(Rochmat Darodjat)

DAGO PAKAR, WISATA HUTANNYA KOTA BANDUNG

        Merasa bosan dengan sajian wisata yang itu-itu saja, cobalah sekali-sekali anda mengunjungi alam hutan di Kota Kembang. Selain bisa melepas rindu akan hijaunya tanaman dan pepohonan, anda juga dapat menikmati kembali suasana riangnya kicauanburung dan juga suara-suara indah aneka satwa lainnya.
       Taman Hutan Raya Ir H Djuanda, biasa disebut Dago Pakar, nama tempatnya. Tidak seperti hutan-hutan lindung lainnya di pulau Jawa yang masih dihuni berbagai macam binatang langka nan buas seperti harimau dan macan tutul, hutan lindung itu telah resmi menjadi tempat rekreasi yang menyenangkan sejak diresmikan almarhum Presiden Soeharto pada 1985 lalu.
       Tempat itu sangat cocok untuk anda yang ingin berwisata alam sekaligus mencari suasana baru di tengah hutan yang masih terjaga. Selain cocok beristirahat melepas kepenatan dengan terpaan hembusan angin sepoi-sepoi, di kawasan Taman Hutan Raya itu terdapat berbagai objek wisata menarik yang sayang bila dilewatkan.
       Sebut saja goa Jepang. Goa yang dibangun pada 1942 berluas 350 meter persegi serta memiliki empat pintu dan tiga lorong itu merupakan tempat persembunyian tentara Jepang dari sekutu pada waktu itu. Kemudian 300 meter dari sana anda juga bisa menemukan goa Belanda yang dibangun pada 1941 yang dulunya berfungsi sebagai pusat stasiun radio telekomunikasi Belanda.
      Objek wisata lainnya adalah bangunan Pusat Informasi dan Museum Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda. Museum tersebut didirikan diantaranya untuk mengenang pahlawan nasional asal Tanah Pasundan yakni Ir. H. Djuanda Kartawidjaja yang berjasa memimpin pengambilalihan jawatan kereta api dari Jepang, kotapraja, keresidenan dan objek-objek militer di Bandung. Selain diambil sebagai nama tempat, benda-benda peninggalan tokoh pejuang itu pun banyak disimpan di museum tersebut sebagai bentuk lain penghormatan kepadanya.
       Tidak kalah menarik adalah titik-titik air terjun di sana. Di kawasan itu anda bisa sekaligus menikmati turunan air dari Curug Omas, Curug Dago dan Curug Lalay.
      Untuk mencapai ke lokasi Tahura tersebut, dijamin anda tak butuh lontaran kata, “wah, jauh kaleee…” Bila sudah berada di Jalan Ir H Djuanda (Dago) dimana Factory Outlet banyak berdiri, anda tinggal meneruskan perjalanan ke ujung atas jalan tersebut. Kira-kira 15 menitan menuju Terminal Dago. Setelah sampai di kawasan terminal itu, teruskanlah perjalanan sekitar 3 kilometeran. Nah, setelah itu sampai deh….Yuk ah! (Rochmat Darodjat)

SITU CILEUNCA NAN INDAH DI SELATAN BANDUNG

   

foto:panoramio.com

             
     Berliburlah anda bersama keluarga atau teman ke Situ Cileunca di  Pangalengan,  Kabupaten Bandung. Udara sejuk, airnya yang tenang dan indahnya pemandangan menjamin wisatawan tidak akan pernah menghilangkan semua  dalam memori ingatannya.
     Bagaimana tidak, tempat wisata yang berada 45 Km sebelah selatan Bandung atau 185 Km dari Jakarta itu menawarkan  panorama  mengasyikan dan berbagai fasilitas yang menunjangnya.
    Sebut saja wisata situ  menggunakan perahu. Hanya dengan merogoh kocek Rp5000 per orang, mereka bisa berpetualang berkeliling menyaksikan secara detil indahnya situ yang dibangun di kawasan pribadi seorang Belanda bernama Kuhlan itu. Dalam perjalanan itu juga, para wisatawan akan disuguhi pemandangan Gunung Wayang, Malabar dan Gunung Windu dan juga hutan sebagai sejarah peninggalan pembuatan situ di antara tahun 1919-1926.
     Melewati 10-15 menit perjalanan, wisatawan bisa mampir terlebih dahulu di areal perkebunan strawberry, buah melosa dan juga arbei. Mereka bisa memetik sepuasnya dengan harga Rp30 ribu per kilogram.
     Sementara yang hobi berpetualang, selain bisa menikmati permainan Air Soft Gun seharga Rp75ribu – Rp125ribu, mereka juga bisa menguji andrenalinnya olahraga rafting dengan mengelilingi sungai Cileunca sejauh 4-5 Km dengan harga Rp250ribu per orang.
     Bilamana tidak ingin banyak mengeluarkan biaya selain tiket masuk Rp2500 per orang, para wisatawan dapat juga menikmati pesona alam Situ Cileunca dengan olahraga mancing sepuasnya. Ada ikan mas, golsom, nila dan juga beberapa jenis ikan hias. Nah, gmana...Asyik kan.(Rochmat Darodjat)          


PESONA WISATA TAHURA, AJANG PERSAHABATAN DENGAN ALAM

       Gelaran Pesona Wisata Taman Hutan Raya (Tahura) Ir H Djuanda di Dago Pakar, Bandung kembali berlangsung. Ajang promosi tahun kedua salah satu tempat wisata di Kota Kembang itu berlangsung selama dua hari, 9-10 Agustus 2008 lalu.
     Tak cuma si Ocol yang jadi rebutan. Orang hutan bernama Atim pun demikian. Hanya saja beda dengan si Ocol yang benar-benar "lindeuk", Atim sedikit nakal pada orang selain petugas. Orang hutan berumur 2 setengan tahun dari Kebun Binatang Tamansari Bandung itu seringkali menarik-narik baju atau bahkan menggigit tangan orang yang sedang memangkunya.  
     Macan tutul bernama Ocol yang didatangkan langsung dari Taman Safari, Bogor, menjadi salah satu primadona di sana. Bak selebriti ternama, selama dua hari berturut-turut binatang berumur 10 tahun itu menjadi rebutan para pengunjung untuk bisa difoto bareng dengan mereka. Bahkan, saking tak henti-hentinya orang meminta berfoto bareng, petugas terpaksa memberikan waktu dua kali dalam sehari pada si Ocol untuk beristirahat.
     Menurut ketua pelaksana Pesona Wisata Tahura 2, Lina Herlina MM, suasana bersahabat seperti itulah yang diharapkan dalam acara tersebut. Sebab, menurut Lina, di tengah-tengah objek wisata hutan seluas 30 hektar itu, adanya binatang-binatang yang sengaja didatangkan itu menjadi lebih menarik untuk didekati.
     "Tentu yang didatangkan ke sini binatang buas yang sudah jinak. Kalau tidak, ya bahaya dong," ujar Lina.     
     Selain keberadaan si Ocol dan si Atim, para pengunjung pun dimanjakan dengan berbagai suguhan menarik yang ditampilkan peserta Pesona Wisata Tahura 2 lainnya. Mereka kebanyakan berasal dari daerah-daerah yang tidak begitu jauh jaraknya dengan lokasi wisata. Rumah Madu, misalnya. Mereka membuat satu ruangan tertutup yang tembus pandang berisi ratusan lebah. Para pengunjung diajak masuk ke dalamnya dengan jaminan tak ada kulit terluka saat keluar ruangan beberapa lama kemudian. 
      Batik Hasan lain lagi. Mereka sengaja mengajak pengunjung untuk mengikuti praktek lapangan membatik yang disediakan segala sesuatunya di depan stannya. Tak ketinggalan stan-stan kuliner yang menyediakan bermacam makanan dan minuman serta hiburan yang menampilkan berbagai jenis musik tradisional seperti angklung dan calung.
      Kepala Balai Taman Hutan Raya Ir H Djuanda, Beben T Chandra, mengatakan dengan digelarnya Pesona Wisata kedua kalinya ini diharapkan bisa meningkatkan fungsi Taman Hutan Raya sebagai tempat tujuan wisata, penelitian, pendidikan dan pengembangan ilmu pengetahuan, juga untuk menunjang aktifitas budaya yang dipadukan dengan kekayaan pariwisata alam dan rekreasi. (Rochmat Darodjat)

"JENTRENG" RAMPAK KECAPI DARI CIJAURA

     Kerlap kerlip lampu panggung menandai dimulainya pertunjukkan. Puluhan hadirin di dalam gedung itu pun sontak bersuara lagi. Mereka bertepuk tangan menyambut dimulainya gelaran yang sempat ngaret sekitar 3 jam akibat pejabat pembuka acara telat datang.
     Itulah sekelumit kejadian pada Pasanggiri Rampak Kecapi tingkat Kota Bandung. Acara yang mengambil tempat di gedung Auditorium SMKN 10, Cijaura, Bandung, itu terselenggara atas kerjasama Yayasan Cangkurileung, Diparda Kota Bandung dan Keluarga Besar Karawitan Sunda.
     Berbeda dengan pasanggiri sejenis tingkat Jabar yang rutin dilaksanakan dua tahun sekali, inilah kali pertamanya pasanggiri setingkat Kota Bandung diadakan.
     Keterlambatan Kepala Dinas Pariwisata Kota Bandung, Drs HM Askary W MSi, pada hajatan pertama yang berlangsung Sabtu (9/9) itu sedikit mengganggu konsentrasi para peserta. Seperti tampak pada polah peserta pertama, kelompok Chandra Buana, saat bersiap-siap naik pentas. Di sudut kiri bawah panggung, mereka terlihat sibuk merapihkan kembali busana sunda modern yang dipakainya. Dari mulai sal kepala, selendang kerah sampai penataan kembali celana bertali agar terlihat rapih. Mereka juga menyempatkan diri saling meremas-remas kembali tangannya yang mulai kelu karena terlalu lama tak bergerak.
     Namun demikian, kelompok itu tak menunjukkan sedikit pun rasa kaku ketika pentas. Bahkan, seorang personilnya yang bernama Nita menjadi perhatian utama. Selain dia satu-satunya perempuan dari tujuh anggota Chandra Buana, Nita juga mampu menghanyutkan penonton ke dalam permainan kecapinya.
     Dengan memakai busana kebaya jenis mojang berwarna muda diiringi senyum di bibirnya yang tak pernah berhenti, jari-jari lentiknya memetik kadang mencubit lincah dawai-dawai kecapi. Bersama tiga rekannya pada kecapi, ditambah yang lainnya pada kendang, goong dan suling, siswi SMKI itu lancar dan apik memetik senar melodi dan bass kecapi pada dua lagu yang dia dan temannya mainkan.

     Yang pertama mereka mainkan lagu wajib "Bandung" (ciptaan Mang Koko) dengan mengambil pelog liwung sebagai larasnya. Sementara salendro madenda mereka pilih sebagai laras untuk berkreatifitas memainkan lagu pilihan yang berjudul "Es Lilin" (ciptaan Ibu Mursih).
     Bagi ketua panitia pasanggiri rampak kecapi se Kota Bandung, Engkos Warnika, kegiatan lomba diselenggarakan selain dalam upaya "ngamumule" seni budaya Sunda juga diniatkan sebagai ajang tempat kelahiran para pemetik kecapi Sunda yang handal.
"Sampai sekarang masih langka orang Bandung asli yang pintar dan terkenal karena bermain kecapi. Walaupun ada di Bandung, kebanyakan mereka (pemetik kecapi, red) asalnya dari luar daerah," katanya kepada Tribun.
     Lain lagi Tatang Benyamin Koswara, sesepuh yayasan Cangkurileung, Bandung. Dengan kegiatan pasanggiri seperti itu dia bahkan sangat berkeinginan untuk bisa menjadikan alat musik tradisional kecapi setenar gitar sebagai alat musik modern. "Kahoyong ka payun mah lahuta (keinginan ke depan sangat melambung, red). Kami ingin kegiatan ini bisa mendorong anak-anak dan pemuda mengandrungi kecapi seperti mereka menyukai gitar. Kasarnya, saat kumpul-kumpul tidak ada gitar, kecapi pun jadi mereka mainkan." 
      Hanya saja, kata Tatang, cita-cita itu sangat sulit tercapai bila tidak ada bantuan dari pemerintah daerah. Minimal bantuan promosi, ujar dia. Sebab seperti yang terjadi pada pegelaran kali ini, Tatang mengakui kurangnya antusias aparat pemerintah di tingkat kecamatan sangat mempengaruhi pada minimnya peserta lomba.
     "Selain memang baru pertamakali diadakan, kurangnya penerangan dan promosi aparat di tingkat kecamatan kepada warganya menyebabkan hanya tujuh saja peserta yang daftar. Itu pun tiga mengundurkan diri karena berhalangan hadir pada saat waktu tampil," jelasnya lagi. Sementara itu Drs Askary mengatakan akan mengupayakan agar pasanggiri rampak kecapi itu menjadi ajang tahunan yang rutin diadakan di Kota Kembang. Ini berkaitan erat dengan ikrar pemerintah kota yang akan menjadikan Bandung sebagai kota budaya pada 2008 mendatang.
      Ya, mudah-mudahan terlaksana, Pak, dan tidak terlambat sesuai rencana. (Rochmat Darodjat)